Jumat, 06 Mei 2011

Klasifikasi Kata

Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh
kategori, yaitu:
1. Nomina (kata benda); nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan, misalnya buku, kuda
2. Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis, misalnya baca, lari.
a. Verba transitif (membunuh),
b. Verba kerja intransitif (meninggal),
c. Pelengkap (berumah)
3. Adjektiva (kata sifat); kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat.
4. Adverbia (kata keterangan); kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda, misalnya sekarang, agak.
5. Pronomina (kata ganti); kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu.
a. Orang pertama (kami),
b. Orang kedua (engkau),
c. Orang ketiga (mereka),
d. Kata ganti kepunyaan (-nya),
e. Kata ganti penunjuk (ini, itu)
Pronomina atau kata ganti adalah jenis kata yang menggantikan nomina atau frasa nomina. Contohnya adalah saya, kapan, -nya, ini.
Penggolongan
Cara pembagian kata ganti bermacam-macam tergantung rujukan yang digunakan. Berikut adalah salah satu cara penggolongan pronomina.
1. Kata ganti orang. Terbagi tiga dan dapat bersifat tunggal maupun jamak.
1. Kata ganti orang pertama. Misalnya: saya, aku, kami, kita.
2. Kata ganti orang kedua. Misalnya: engkau, kamu, kalian.
3. Kata ganti orang ketiga. Misalnya: dia, beliau, mereka.
2. Kata ganti pemilik. Misalnya -ku, -mu, -nya.
3. Kata ganti penanya; berfungsi menanyakan benda, waktu, tempat, keadaan, atau jumlah. Misalnya apa, kapan, ke mana, bagaimana, berapa.
4. Kata ganti petunjuk. Misalnya ini, itu.
5. Kata ganti penghubung. Misalnya yang.
6. Kata ganti tak tentu. Misalnya barang siapa.
Pronomina, yang disebut juga kata ganti, sebenarnya tidak mengganti, tetapi mengacu ke maujud tertentu yang terdapat dalam peristiwa pertuturan. Pengacuan itu dapat bersifat di luar bahasa ataupun di dalam bahasa. Pronomina dapat dibagi atas pronomina persona (antara lain saya, kamu, dan mereka), pronomina penunjuk (antara lain, ini, itu, sana, sini), dan pronomina penanya (antara lain apa, siapa, dan mengapa). Yang dibicarakan berikut ini hanyalah pronomina persona. Dalam peristiwa pertuturan, pesan diungkapkan oleh pembicara atau penulis (selanjutnya akan disebut pembicara) kepada kawan bicara atau pembaca (selanjutnya disebut kawan bicara). Pembicara adalah persona pertama sedangkan persona kedua yang terlibat dalam peristiwa pertuturan. Yang tidak terlibat dalam pertuturan adalah persona ketiga. Perhatikanlah percakapan berikut yang memperlihatkan pemakaian beberapa pronomina. Amir dan Bonar bertemu dengan Candra. (1) Candra : Hendak kemana kalian? (2) Bonar : Kami akan k e rumah Dina. Engkau mau ikut? (3) Candra : Dina ? Siapa dia? (4) Bonar : Dia kawan lamaku. Kami dulu sekampung. (5) Amir :(Berbisik kepada Candra).Kamu tahu? Kita akan diajak merayakan pertemuan mereka kembali. (6) Candra : O, ya? Kalau begitu, aku mau. Tetapi, Bonar, apakah kami tidak menggangu acara kalian? (7) Bonar : Ah, tidak. Kita nanti hanya makan angin saja, kok. (8) Amir : Jangan kaugoda, Candra. Lihat, kata-katamu membuat merah mukanya. Pronomina aku, -ku, ku-, dan saya mengacu ke persona pertama yang tunggal.Bentuk aku, -ku, dan ku- digunakan jika pembicara akrab dengan kawan bicaranya seperti pada ilustrasi di atas. Bentuk itu juga dipakai oleh orang yangsedang berdoa atau berbicara dalam batin. Dalam situasi resmi digunakan kata saya. Pronomina kami mengacu ke persona pertama yang jamak. Para peserta upacara yang mengucapkan ikrar kesetuaan, misalnya, menggunakan kata kamiyang mengacu ke diri mereka. Pronomina itu juga dapat mengacu ke persona pertama dan persona ketiga sekaligus. Persona ketiga mungkin hadir pada peristiwa pertuturan itu (seperti pada cakapan (2) dan (6), mungkin pula tidak hadir (seperti pada cakapan (4)). Karena tidak melibatkan persona kedua, pronomina kami i bersifat eksklusif. Pronomina kita kita mengacu ke persona pertama dan kedua sekaligus. Karena itu, acuannya jamak. Persona ketiga dapat pula dilibatkan dalam acuan itu seperti contoh pada cakapan (7) yang selain mengacu ke Bonar dan Candara, juga mengacu ke Amir dan Dina. Karena melibatkan persona kedua, pronomina itu bersifat inklusif. Pronomina kamu, -mu, engkau, kau- mengacu ke persona kedua. Bentuk itu dipakai jika tidak ada hambatan psikologis pada pembicara; misalnya, jika pembicara akrab dengan kawan bicara atau jika status sosial pembicara lebih tinggi daripada status kawan bicara. Beberapa contoh pemakaian terlihat pada contoh percakapan di atas. Pronomina itu umumnya mengacu ke jumlah tunggal, tetapi dapat juga mengacu ke jumlah jamak-kolektif. Guru dapat mengacu ke murid-muridnya denga kata kamu.Pada karya susastra, misalnya dalam kalimat sajak yang berikut, engkau mengacu ke jumlah kolektif. Wahai, para guru! Engkaulah pahlawan tanpa tanda jasa. Kata Anda bisa dipakai dalam situasi bicara yang formal. Selain itu, kata itu juga digunakan jika lawan bicara banyak dan/atau tidak tampak. Misalnya, dalam rapat, kuliah, surat, iklan, teepon, atau siaran. Dengan demikian, Anda digunakan untuk mengacu ke persona tunggal ataupun jamak. Kata kalian digunakan untuk mengacu ke persona kedua jamak. Kata itu digunakan jika pembicara tidak mempunyai hambatan psikologis. Acuan kalian dapat juga mencakupi persona ketiga yang berada di pihak kawan bicara. Pada cakapan (1) di atas, kata kalian mengacu ke Amir dan Bonar (persona kedua jamak), sedangkan pada cakapan (6) kalian mengacu ke Bonar (persona kedua) dan Dina (persona ketiga yang tidak hadir). Alih-alih kalian, jika acuan jamak, kata sekalian dapat digunakan dengan cara ditambahkan pada pronomina kedua engkau, kamu, Anda, atau pronomina pertama kami atau kita. Bentuk Anda sekalian lebih takzim daripada engaku sekalian atau kamu sekalian. Pronomina (d)ia –nya beliau, dan mereka mengacu ke persona ketiga, kata )d)ia digunakan jika acuannya tunggal seperti terlihat pada percakapan di atas. Bentuk –nya dapat mengacu ke persona ketiga tunggal atau jamak. Pemakaian –nya seperti pada kalimat Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih tidak tepat jika bentuk itu mengacu ke kawan bicara; seharusnya Atas perhatian Anda/Saudara, saya ucapkan terima kasih. Kata beliau digunakan untuk menyatakan perasaan hormat. Mereka mengacu ke jumlah dua ke atas. Bentuk –nya dapat digunakan untuk mengacu kepada sesuatu yang bukan insan seperti terlihat pada contoh berikut. (9) Walaupun kakinya terluka, harimau itu masih dapat melarikan diri. Pronomina persona ketiga yang lain umumnya digunakan untuk mengacu ke insan. Dalam dongeng, misalnya, pronomina itu digunakan juga untuk mengacu ke hewan atau benda lain yang diinsankan. (10) Kancil berlari ketakutan; kemudian ia mencari tempat persembunyian. (11) Bunga mawar dan bunga matahari memamerkan keelokan mahkota mereka. Dalam pemakaian formal, acuan yang bukan insan harus diulangi atau diungkapkan dengan kata lain yang maknanya bersesuain. (12) Dulu kami mempunyai radio antik, tetapi kini radio/barang itu telah dicuri orang.
Di samping itu, ada seperangkat nomina penyapa dan pengacu yang mencakupi istilah kekerabatan, seperti bapak, ibu, adik, dan anak yang masing-masing berpasangan dengan bentuk singkatnya yaitu pak, bu, dik dan nak. Nomina penyapa untuk persona kedua, sedangkan nomina pengacu untuk persona pertama, kedua, atau ketiga. Dalam kesastraan dipakaibentuk seperti ayahanda, ibunda, adinda, atau ananda. Bentuk yang bertalian dengan nama keahlian atau jabatan, seperti profesor (pof), dokter (dok), kapten (kep), dan zuster (zus) juga digunakan untuk menyapa ke persona kedua. Bentuk itu sering kali tersa lebih hormat dan lebih santun daripada pronomina persona kedua. Bentuk singkat kedua jenis nomina itu hanya dapat digunakan untuk menyapa (disebut vokatif) dan tidak dapat mengacu. Perhatikan contoh berikut.

Selamat siang, Pak.
Bu, saya pergi sebentar.
Sakit apa, Dok, anak saya?
*Rumah Dik, dimana?
*Sekarang Nak tidur dulu.
*Resep Dok dapat saya baca.
Penggunaan nomina penyapa dalam kalimat yang bertanda bintang berarti tidak berterima.

Pronomina atau kata ganti adalah kata yang dipakai untuk mengganti orang atau benda, seperti aku, engkau, dia. Dalam bahasa Indonesia ada tiga jenis pronomina, yaitu pronomina persona, pronomina penunjuk, dan pronomina penanya.
Pronomina persona
Persona Tunggal Jamak
Netral Eksklusif Inklusif
Pertama saya, aku, ku-, -ku - kami kita
Kedua engkau, kamu, Anda, dikau, kau-, mu- kalian, kamu sekalian, Anda sekalian - -
Ketiga ia, dia, beliau, -nya mereka - -






Kata Bilangan (numeralia)
Numeralia atau kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah benda atau urutannya dalam suatu deretan. Jenis numeralia yang terdapat dalam bahasa Indonesia, yaitu numeralia tentu, numeralia tak tentu, dan numeralia tingkat.
a. Numeralia Tentu
Kata yang menyebutkan bilangan yang menunjukan jumlah tertentu.
Contoh:
• satu
• empat
• sepuluh
• dua puluh
• seratus
• setengah
• sepertiga
b.Numeralia Tak Tentu
Numeralia yang belum di ketahui secara jelas besarnya/jumlahnya. Dalam bahasa galolen hanya sedikit kata-kata yang menyatakan bilangan tertentu.
Contoh:
• Banyak
• Sedikit
• Semua
• Beberapa
c. Numeralia Tingkat
Kata bilangannya yang menyatakan tingkat.
Contoh:
• pertama
• kedua
• ketiga
• keempat




Numeralia (kata bilangan); kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukkan urutannya dalam suatu deretan,misalnya satu, kedua.
a. Angka kardinal (duabelas),
b. Angka ordinal (keduabelas)
Numeralia atau kata bilangan adalah kata yang menunjukkan bilangan atau kuantitas.
Pembagian numeralia
1. Numeralia pokok (kardinal)
1. Numeralia pokok tentu
2. Numeralia pokok kolektif
3. Numeralia pokok distributif
4. Numeralia pokok taktentu
5. Numeralia pokok klitika
6. Numeralia pokok ukuran
2. Numeralia tingkat (ordinal)

Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya dapat dibagi menjadi lima subkelompok:
a. preposisi (kata depan) (contoh: dari),
b. konjungsi (kata sambung), konjungsi berkoordinasi (dan), konjungsi subordinat (karena),
a. artikula (kata sandang) (contoh: sang, si)
b. interjeksi (kata seru) (contoh: wow, wah), dan
c. partikel
Kata Tugas
Partikel atau kata tugas adalah kelas kata yang hanya memiliki artigramatikal dan tidak mempunyai arti leksikal. Arti suatu kata tugas ditentukanoleh kaitannya dengan kata lain dalam suatu frasa atau kalimat dan tidak bisadigunakan secara lepas atau berdiri sendiri.
Kata tugas dikelompokkan menjadi lima, yaitu:
a. preposisi (kata depan); kata yang biasa terdapat di depan nomina, misalnya dari, dengan, di, ke
b. konjungsi (kata sambung); kata atau ungkapan yang menghubungkandua satuan bahasa yang sederajat (antarkata, antarfrasa, antarklausa,antarkalimat), misalnya dan, atau, serta
c. interjeksi (kata seru); kata yang mengungkapkan seruan perasaan, misalnya ah, aduh
d. artikel (kata sandang); kata yang tidak memiliki arti tapi menjelaskan nomina, misalnya si, sang, kaum
e. penegas yaitu -kah, -lah, -tah, pun

Preposisi (Bahasa Latin: prae, "sebelum" dan ponere, "menempatkan, tempat") atau kata depan adalah kata yang merangkaikan kata-kata atau bagian kalimat dan biasanya diikuti oleh nomina atau pronomina. Preposisi bisa berbentuk kata, misalnya di dan untuk, atau gabungan kata, misalnya bersama atau sampai dengan.
Penggolongan
Cara penggolongan preposisi bervariasi tergantung dari rujukan yang digunakan. Berikut salah satu cara penggolongan yang dapat digunakan:
1. Preposisi yang menandai tempat. Misalnya di, ke, dari.
2. Preposisi yang menandai maksud dan tujuan. Misalnya untuk, guna.
3. Preposisi yang menandai waktu. Misalnya hingga, hampir.
4. Preposisi yang menandai sebab. Misalnya demi, atas.
Di, ke, dari
Penulisan preposisi ini ditulis terpisah, contoh: di dalam, ke tengah, dari Surabaya.
Perkecualian untuk hal ini adalah:
• kepada
• keluar (sebagai lawan kata "masuk", untuk lawan kata "ke dalam", penulisan harus dipisah, "ke luar")
• kemari
• daripada
Dimana, di mana
Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan "Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada."
Untuk menghubungkan dua klausa tidak sederajat, bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk "di mana" atau "dimana" (padanan dalam bahasa Inggris adalah "who", "whom", "which", atau "where") atau variasinya ("dalam mana", "dengan mana", "yang mana", dan sebagainya). Penggunaan "dimana" atau "di mana" sebagai kata penghubung sangat sering terjadi pada penerjemahan naskah dari bahasa-bahasa Indo-Eropa ke bahasa Indonesia. Pada dasarnya, bahasa Indonesia hanya mengenal kata "yang" sebagai kata penghubung untuk kepentingan itu, dan penggunaannya pun terbatas. Dengan demikian, HINDARI PENGGUNAAN BENTUK "DI MANA" DAN "DIMANA", termasuk dalam penulisan keterangan rumus matematika. Kaidah tata bahasa Indonesia memiliki kosa kata yang cukup untuk menterjemahkan "who", "where", "which", "whom" tanpa menggunakan kata "di mana" atau "dimana". Contoh-contoh:
• Dari artikel Kantin: Kantin adalah sebuah ruangan dalam sebuah gedung umum di mana para pengunjung dapat makan.
o Usul perbaikan: Kantin adalah sebuah ruangan di dalam sebuah gedung umum yang dapat digunakan (oleh) pengunjungnya untuk makan.
• Dari artikel Tegangan permukaan: Tegangan permukaan = F / L dimana :
F = gaya (newton)
L = panjang m).[sic]
o Usul perbaikan (rubah struktur kalimat): Jika
F = gaya (newton) dan
L = panjang (m),
maka tegangan permukaan S dapat ditulis sebagai S = F / L.
• Dari kalimat bahasa Inggris: Land which is to be planted only with rice.
o Usul terjemahan: Lahan yang akan ditanami padi saja.
• Sebuah kalimat bahasa Indonesia: Ia kembali ke Jakarta, di mana ia dilahirkan (yang bila diterjemahkan ke bahasa Inggris secara tata bahasa benar)
o Usul perbaikan: Ia kembali ke Jakarta, tempat ia dilahirkan
Kekisruhan ini mungkin disebabkan pengaruh oleh Ejaan Soewandi (1947) yang mengharuskan penulisan diserangkai dengan kata yang mengikutinya, baik sebagai kata depan maupun sebagai awalan.
Di mana
Penggunaan "di mana" (selalu ditulis terpisah) yang betul adalah pada kalimat tanya, misalnya: "Di mana buku saya?"



Konjungtor adalah Ling kata sambung; penghubung; konjungsi
Interjeksi atau kata seru adalah kata yang mengungkapkan perasaan dan maksud seseorang, misalnya ah dan aduh, atau melambangkan tiruan bunyi, misalnya meong. Bentuk ini biasanya tak dapat diberi afiks dan tidak memiliki dukungan sintaksis dengan bentuk lain.
Kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian dan terdiri darisatu atau lebih morfem. Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kataterbagi menjadi tujuh kategori, yaitu kata benda, kata kerja, kata sifat,aketerangan,a ganti, kata bilangan, dan kata tugas yang mencakup preposisi (katadepan), konjungsi (kata sambung), artikula (kata sandang), interjeksi (kata seru),serta partikel.
Karakteristik dan struktur penulisan setiap jenis kata itu berbeda, ada yangbisa didampingi adverbia negasi tidak, ada yang hanya bisa didampingi adverbianegasi bukan, dan masih banyak beberapa adverbia lain yang dapat mendampingi setiap jenis kata tersebut. Hal itu dikarenakan makna yang timbul dari setiap jeniskata dan fungsinya dalam kalimat berbeda.